Search For Islam

Minggu, 31 Agustus 2008

Dialog (imajinatif) antara hati dan mata

Dialog (imajinatif) antara hati dan mata

berdasarkan uraian Syaikhuna Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam terjemahan buku
Taman orang-orang yang jatuh cinta dan memendam rindu(TOJCMR), terbitan
darul Falah, hal 84 - 89.

Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

"Mata adalah penuntun, dan hati adalah pendorong dan penuntut. Yang pertama
memiliki kenikmatan pandangan, dan yang kedua memiliki kenikmatan
pencapaian. Dalam dunia nafsu, keduanya merupakan sekutu yang mesra, dan
jika terpuruk kedalam kesulitan serta keduanya bersekutu dalam cobaan, maka
masing-masing akan mencela dan mencaci yang lain" Syaikh Ibnul Qayyim Al
Jauziyah.(TOJCMR:84)

Kami ingin memulainya dengan sebuah hadits, "Dari Jarir bin Abdullah
Radhiyallahu'anhum berkata "Saya pernah bertanya kepada Rasulullah SAW
tentang pandangan yang tidak sengaja. Lalu beliau memerintahkan agar aku
mengalihkan pandangan ku" (HR Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzy) sebagai
jawaban kepada SPPI dan kepada siapa saja yang masih menduga adanya pacaran
ala Imam Ibnul Qayyim (na'udzubillah), atau adanya pandangan yang halal
pada mereka yang jatuh cinta sebelum menikah apalagi yang berpacaran. Jika
bagi mereka yang tidak berpacaran saja pandangan seperti ini(yang tidak
sengaja) dialihkan oleh Rasullah SAW, apalagi bagi mereka yang pacaran,
jelas pandangan yang terjadi adalah pandangan yang disengaja dan
berulang-ulang, sehingga tidak diragukan lagi keharamannya bagi mereka yang
berfikir.

Indera kita yang banyak ragamnya ini, diyaumil akhir nanti, selain mulut,
semua akan bersaksi tentang segala perkara yang baik dan buruk, yang
ditampakkan dan yang disembunyikan sehingga semua amaliyah, termasuk tipu
daya dan "penyamaran" kita akan terbuka dengan gamblangnya tanpa pernah
kita mampu untuk memberikan pembenaran lagi. Pandangan akan berkata dengan
jujur, hati akan berkata dengan jujur, tangan akan berkata dengan jujur,
kaki akan berkata dengan jujur, semua amanah tubuh itu akan bertasbih
memuji kebesaran Allah SWT dan menetapkan apakah si fulan/ah itu amanah
terhadap apa yang telah dititipkan oleh Allah SWT untuknya.

Berbicara perkara pandangan, biasanya orang akan benar-benar yakin terhadap
sesuatu kalau dia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Itu artinya bukan
mata kepala orang lain, atau mata sendiri kepala orang lain, atau mata
orang lain dikepala sendiri..(halah kok makin ngaco..hehe). Seperti kata
Imam Ibnul Qayyim diatas, mata laksana penuntun, dan hati adalah pendorong
dan penuntut. Hati adalah panglima, sedangkan mata dan lainnya adalah
pesuruh. Berikut dialog imajinatif antara mata dengan hati..semoga menjadi
perenungan bersama, dan menyikapinya dengan sikap-sikap yang terbaik.

Situasi:..ada sekumpulan ikhwan akhwat yang mengadakan acara baksos.
Interaksi diantaranya pun tidak mungkin dihindari, meski ada jarak diantara
mereka. Aturan syariat tentang hijab secara luas, menahan pandangan,
khalwat, dll telah diketahui dan sedang serta terus-menerus dipraktekkan.
Tetapi apalah daya..ikhwan akhwat juga manusia, punya hati punya rasa,
jangan samakan dengan..(stop…lho..kok malah bersenandung..:p).

Tibalah pada suatu ketika..ketika acara baksos tersebut sedang
sibuk-sibuknya, ada seorang ikhwan yang tidak sengaja melepaskan
pandangannya kepada seorang akhwat menarik yang sedang sibuk
membagi-bagikan sembako…..

"wuuuutttttt……syeeepp"
mata ikhwan sedang menatap akhwat tersebut. Bukan tatapan yang
disengaja, tidak juga tatapan untuk waktu yang lama. Tetapi pandangan itu
sejatinya dilepaskan untuk hati mereka yang memandang itu sendiri. Ketika
dialihkan, maka anak panah itu akan tercabut dari hati orang yang
memandangnya.

kemudian hatinya pun mulai berkomentar: "adaoww…apaan tadi ya?…sakit
tapi menyenangkan…tadi akhwat yang mana ya…? mata…lihat lagi donk…ayo lihat
lagi.. ?

mata : "udah donk..kan Allah SWT memerintahkan aku untuk menundukkan
pandangan…"
hati : "emangnya kenapa…kan kalau kenapa-kenapa, tunduk lagi
aja..gampang kan..gitu aja kok repot" hati mencari pembenaran.
mata : "ngga deh..nanti pemilikku(sang ikhwan) jadi ngga konsen sama
baksosnya.."
hati : "wah..kuno kamu…pemilik kamu kan dah tahu batasan2nya..udah
lihat lagi aja..dijamin gapapa deh..?"

mata : "mmm…ok deh, bentar aja ya"..mata si ikhwan pun memandang untuk
kedua kalinya, seketika sang hati merasa ada perasaan senang yang lebih
dari sebelumnya. Tapi tidak berapa lama, kesenangan hati pun sirna seiring
dengan pandangan sang mata yang dialihkan.

hati : "ahhh..kamu gimana sih mata…bentar banget..aku kan belum puas..
lihat lagi donk" hati memaksa.

mata : "jangan deh hati..nanti kamu, aku dan pemilik kita bakalan ngga
konsen sama baksosnya…baksos ini kan juga dalam rangka ibadah kepada Allah
SWT.."

hati : "yee..kamu teh kumaha sih mata..ini juga kan dalam rangka
menjemput masa depan atuh(akal-akalan si hati)..bayangkan kalo pemilik kita
menikah sama akhwat itu..kan berkat kamu juga.."

mata : "ya..tapi kan bukannya dicari tahu dulu kesiapan pemilik kita
ini..baru deh aku melihat-lihat..bukannya apa-apa hati, takutnya.. kalo
sebenarnya pemilik kita ini belum siap..justru malah akan merusak
amaliyahnya kepada Allah, jadi ngga ikhlas gitu"

hati : "udah deh..ikhlash ga ikhlas itu urusanku..itu
tanggunganku..kamu teh cuma lihat sajah..udah selebihnya aku yang
tanggung…ayo..kuperintahkan kau, mata, untuk melihat.."

mata : "baiklah..kalau itu maumu" dengan terpaksa mata mengiyakan.

Satu panah beracun menancap dihati, kemudian ada panah kedua, ketiga, dan
akhirnya ada kesekian panah yang menancap dihati. Memandang lebih dari apa
yang bisa dipandang(berkhayal), hingga acara baksos itu selesai, si ikhwan
pun pulang dengan "luka" rindu dihati. Panah-panah itu meninggalkan
"fatamorgana" sosok si akhwat, semakin si pemiliknya berusaha untuk
mengingat-ingat si akhwat, semakin panah-panah itu menusuk ke dalam hati.
Esoknya, adalah hari-hari yang disikapi untuk memenuhi tuntutan(dosa kecil
memandang, berbicara, dsbnya) hati terhadap hal itu.

Tetapi..Alhamdulillah, usaha untuk terus menjaga mata, dan menata hati
sesuai tuntunan Allah SWT, tidaklah begitu saja terlenakan oleh racun dari
panah-panah iblis(pandangan kepada wanita non muhrim) tadi. Dimalam
berikutnya..Si ikhwan pun bermaksud mengadu kepada Allah SWT tentang
perihal ini. Dalam munajatnya kepada Allah SWT, si ikhwan mulai merenungi
apa yang sebenarnya terjadi, Si ikhwan menghendaki adanya klarifikasi..si
ikhwan ingin agar mata dan hati yang diamanahkan Allah SWT untuknya itu
memberikan argumentasi yang benar, bukan untuk membenarkan.

Nurani ikhwan berkata "Silahkan untuk mata dan hati..siapa diantara
kalian yang ingin memberikan argumentasi mengenai perkara ini.."

hati berkata : sambil menunjuk kepada mata "kaulah yang telah
menyeretku kepada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan, karena aku
mengikutimu beberapa saat saja. kau lemparkan kerlingan matamu ke taman
itu, kau mencari kesembuhan dari kebun yang tidak halal bagimu, kau salahi
firman Allah "Hendaklah mereka menahan pandangannya..", kau salahi sabda
Rasulullah SAW "memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam
panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah azza
wajalla, maka Allah akan memberi balasan iman kepadanya, yang akan
didapatinya didalam kelezatan hatinya (HR Ahmad)"

Lalu..adakah orang yang lebih tercela daripada orang yang terkena panah
beracun? apakah engkau tidak tahu bahwa tidak ada yang lebih berbahaya bagi
manusia selain dari mata dan lidah? tidak ada kerusakan yang lebih banyak
daripada kerusakan yang diakibatkan mata dan lidah. Berapa banyak
kebinasaan yang disebabkan mata dan lidah? berapa banyak sumber kehinaan
yang muncul karena mata dan lidah? barangsiapa ingin hidup bahagia dan
terpuji, maka hendaklah dia menahan ujung padangan mata dan lidahnya, agar
dia selamat dari bahaya, karena mata menyimpan kelebihan pandangan dan
lidah menyimpan kelebihan bicara"(TOJCMR : 84-85)

Tidak terima argumentasi sang hati, matapun menjawab..

mata berkata : "Kau zalimi aku sejak awal hingga akhir. Kau kukuhkan
dosaku lahir dan batin. padahal aku hanyalah utusanmu yang selalu taat dan
penuntun yang menunjukkan jalan kepadamu. Engkau adalah raja yang ditaati,
sedangkan kami hanyalah rakyat dan pengikut. Untuk memenuhi kebutuhanmu,
kau naikkan aku ke atas kuda yang binal, disertai ancaman dan peringatan.
jika kau suruh aku ke atas untuk menutup pintuku dan menjulurkan hijabku,
dengan senang hati akan kuturuti perintah itu. Jika engkau memaksakan diri
untuk mengembala dikebun yang dipagari dan engkau mengirimku untuk berburu
ditempat yang dipasangi jebakan, tentu engkau akan menjadi tawanan yang
sebelumnya engkau adalah seorang pemimpin, engkau menjadi budak yang
sebelumnya engkau adalah tuan. Yang demikian ini karena pemimpin manusia
dan hakim yang paling adil, Rasulullah SAW telah membuat keputusan bagiku
dan dirimu, dengan bersabda..

"Sesungguhnya didalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika ia baik, maka
seluruh tubuh akan baik pula, dan jika ia rusak, rusak pula seluruh tubuh.
Ketahuilah..segumpal darah itu adalah hati" (HR Bukhari, Muslim, dan
lainnya)

wahai hati..jika engkau dianugrahi pandangan, tentu engkau tahu bahwa
rusaknya para pengikutmu adalah karena kerusakan yang ada pada dirimu, dan
kebaikan mereka adalah kebaikanmu. Lalu..engkau lemparkan kesalahanmu
kepadaku, mata yang tak berdaya, padahal sumber bencana yang menimpamu
adalah karena engkau tidak memiliki cinta kepada Allah azza wajalla, tidak
menyukai dzikir kepada Nya, tidak menyukai firman, asma, dan
sifat-sifatNya. Engkau beralih kepada yang lain dan berpaling dariNya.
Engkau berganti mencintai selainNya, padahal engkau telah mendengar kisah
pengingkaran Allah terhadap Bani Israil, karena mereka mengganti makanan
yang ada dengan makanan yang lain yang justru lebih hina. Maka Allah
mencela mereka

"Maukah kalian mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang
lebih baik?"(Al Baqarah: 61)

bagaimana keadaan pengganti cinta kepada Pencipta, Pelindung dan yang
menangani urusannya, yang tidak memiliki keberuntungan, kenikmatan dan
kesenangan? Bandingkanlah Allah dengan sesuatu yang engkau jadikan
penggantiNya dan pengganti cinta kepadaNya. Apakah engkau ridho berada
dijamban, sementara orang-orang yang mencintai Allah berkeliling di Arsy?
Jika engkau menghadapkan diri kepada Allah dan berpaling dari selainNya,
tentu engkau akan melihat berbagai macam keajaiban, engkau aman dari
bencana dan kerusakan. Tentunya engkau sudah tahu bahwa Dia mengkhususkan
keberuntungan dan kenikmatan kepada orang yang mendatangiNya dengan hati
yang bersih, atau bersih dari kemusyrikan, yang didalmnya tidak ada cinta
kepada selainNya dan hanya mengikuti ridhoNya.

Antara dosaku dan dosamu ditengah manusia seperti antara kebutaanku dan
kebutaanmu dalam membuat analogi, sebagaimana firman Allah SWT
"Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang
didalam dada" (Al Hajj :46)

itulah argumentasiku"(TOJCMR:86-87) kata mata mengakhiri, yang
bersamaan dengan jatuhnya bulir-bulir mutiara melalui dirinya.

Hati, mata, nurani si ikhwan, bersatu dalam lafazh "Astaghfirullaa hal
Adzhim…Astaghfirullaa hal Adzhim..laa ila ha illa anta, subhanaka, inni
kuntu minadzh dzholimin..Astaghfirullaa hal Adzhim", memohon ampunan Allah
SWT, memohon agar diri yang lemah ini dimudahkan untuk melihat yang benar
itu benar dan begitu juga sebaliknya, serta dikuatkan untuk selalu
mensucikan diri dan menghindari segala dosa, meski itu hanya dosa kecil,
Amin.

wallahu'alam
wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar: